.

20120227

Mihrab Masjid

Pendek Tapi Indah

Kalau kita melihat mihrab-mihrab masjid, sering kita temui sebuah ornamen berbentuk segi empat, yang menggambarkan kesatu-paduan antara Rasulullah SAW dan empat khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Nama Nabi Muhammad SAW berada di tengah segi empat yang sudut-sudutnya bertuliskan Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Berkat penggambaran seperti itulah, kaum muslimin dan generasi ke generasi mengetahui kemudian mengenang betapa indah dan dekatnya hubungan antara Rasul dan keempat sahabat utama tersebut.
Itulah salah satu karya monumental Umar bin Abdul Aziz, khalifah dari Bani ummayah, yang terkenal amat bijak dan adil itu. Untuk menyatukan keempat khalifah dalam satu bingkai, sungguh merupakan perjuangan berat bagi Umar bin Abdul Aziz. Sebab, pada masa itu pelbagai fitnah dan intrik politik telah mengaburkan perjuangan keempat khalifah, sehingga keempat pengikut sahabat Nabi itu dikabarkan seolah saling bermusuhan. Bahkan, pada masa tersebut, Ali dianggap sebagai pengkhianat dan keturunannya dikucilkan dari masyarakat.
Semua kekacauan politik itu kemudian diluruskan oleh Umar, dan Ali direhabilitasi namanya. Bahkan, khalifah Umar kemudian memerintahkan aparatnya untuk membuat ornamen berbentuk empat persegi oanjang yang menggambarkan kesatu-paduan langkah antara Nabi Muhammad SAW dan keempat sahabatnya itu.
Keteladanan lain yang harus kita contoh khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah bagaimana beliau mengembalikan hak asasi rakyat yang tertindas. Dalam hal ini Umar bahkan juga meminta rakyat untuk mengungkapkan ketidakkeadilan yang pernah menimpa mereka untuk kemudian masalahnya diproses secara hukum.
Disamping itu, khalifah Umar juga mengembalikan harta negara yang selama puluh tahun dirampas anak cucu dan kroni khalifah dari Bani Umayyah, yang notabene adalah keluarga besarnya. Bahkan, beliau memnita kalung emas di leher saudara perempuannya yang diperoleh dari hadiah untuk diserahkan ke Baitul Maal, karena beliau menganggap hadiah tersebut berkaitan dengan statusnya sebagai keluarga besar khalifah.
Tidak hanya itu, Khalifah Umar pun melarang keras istri dan anak-anaknya berbisnis dan memanfaatkan fasilitas negara. Kata beliau ke keluarganya, “Yang jadi khalifah adalah saya, karena itu saya yang berhak memakai fasilitas negara adalh saya. Itu pun kalau saya sedang melakukan tugas negara”.
Kalu tidak sedang mengerjakan tugas negara, beliau menolak menggunakan fasilitas tersebut. Khalifah Umar bahkan mematikan lampu yang disediakan negara bila ia selesai mengerjakan tugas di malam hari. Cahaya lampu yang menerangi kamarnya kalau beliau sedang tidak mengerjakan tugas negara, dianggap sebuah elemen korupsi.
Karena sikapnya yang antikorupsi, adil dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Dunia Islam sampai saat ini masih  terus mengenang keteladanan Umar bin Abdul Aziz. Padahal, pemerintahan khalifah berhati emas itu hanya sekitar dua tahun. Pendek, tapi indah dan monumental

Tidak ada komentar:

Posting Komentar